Dari Pelopor Perubahan Menjadi Penjaga Status Quo? Mengungkap Dilem Intelektualitas HMI

Avatar photo

- Jurnalis

Jumat, 7 Februari 2025 - 17:57 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Rohaili: Mahasiswa Aktif di Institut Agama Islam Al-Khairat, Pamekasan, Madura.

Rohaili: Mahasiswa Aktif di Institut Agama Islam Al-Khairat, Pamekasan, Madura.

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) atau biasa dipanggil Rumah Hijau-Hitam merupakan salah satu organisasi tertua dan terbesar yang turut serta mengawal perkembangan Indonesia di awal kemerdekaan.

Organisasi ini lahir atas prakarsa mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam (STI), Yang sekarang menjadi Universitas Islam Indonesia (UII). Pusat peradaban ini didirikan di Yogyakarta pada tanggal 14 Rabiul Awal 1366 Hijriah, bertepatan dengan tanggal 05 Februari 1947 Masehi. Ayahanda Lafran Pane adalah orang yang memulai ide pembentukan HMI.

Jika kita merfleksikan ulang terhadap sejarah HMI yang dulu dikenal sebagai Rahim organisasi yang melahirkan para pemikir dan aktivis hebat. Diskusi intelektual yang meriah, kajian-kajian terkemuka yang kritis, serta gagasan-gagasan yang berani dan inovatif merupakan ciri khas HMI.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Para pemimpinnya tidak hanya piawai berpidato, tapi juga menganalisis permasalahan kompleks dan merumuskan solusi konstruktif. Merekalah penemu, pionir perubahan dan pengemban aspirasi Masyarakat.

Namun seiring berjalannya waktu, HMI lambat laun kehilangan keintelektualismenya. Antusiasme untuk mendalami wacana intelektual nampaknya mulai memudar. Diskusi-diskusi yang tadinya semarak kini tampak membosankan, penuh retorika tak berarti dan jauh dari analisis mendalam.

Kajian kritis yang tajam digantikan oleh opini-opini yang dangkal dan mudah dibajak. Ide-ide inovatif yang dulunya berani menantang status quo kini tampak terkubur dalam rutinitas organisasi yang menoton. Ibarat sungai yang mengering di musim kemarau, aliran intelektualitas HMI seolah memudar.

Tentu permasalahan ini tidak boleh dibiarkan, yng mana Salah satu akar permasalahan terletak pada sistem kaderisasi. Apakah sistem kaderisasi HMI saat ini masih selaras dengan cita-cita awal Lafran Pane dan para pendiri lainnya? Apakah program-programnya mampu mencetak kader yang berilmu, berkualitas, dan mampu berpikir kritis? Ataukah sistem tersebut telah terjebak dalam rutinitas yang menoton dan kurang menantang? Pertanyaan-pertanyaan ini perlu direnungkan secara mendalam.

Dalam hal ini yang harus dilakukan adalah penguatan intelektual disektor akar rumput (kader). Dimana kader yang menjadi sumber dari lahirnya sosok calon pemimpin masa depan dan sebagai agen pembaharu. Penguatan intelektual dan literasi harus terus berjalan.

Baca Juga :  Target 30% Tidak Tercapai, Keterwakilan Perempuan Hanya 9% di Kabinet Merah Putih

Sistem kaderisasi HMI saat ini seringkali dilihat sebagai birokratis dan kurang efektif dalam mencetak kader yang berpikir kritis dan inovatif. Banyak kader yang merasa kurang mendapat bimbingan (mentoring) yang memadai dari senior. Diskusi-diskusi internal seringkali lebih berfokus pada hal-hal administratif daripada analisis kritis terhadap isu-isu aktual. Sebagai contoh, diskusi tentang strategi pencapaian target keanggotaan mungkin lebih sering terjadi daripada diskusi tentang solusi terhadap masalah kemiskinan atau kesenjangan sosial.

Bayangkan seorang kader HMI muda yang memiliki kesemangatan membela lingkungan hidup dan memperjuangkan kedaulatan rakyat, ingin menjadi seperti para pendahulu pendahulu HMI dalam memperjuangkan keadilan bagi seluruh rakyat indoesia, namun terjebak dalam sistem kaderisasi yang lebih mementingkan administrasi ketimbang pengembangan potensi, pelatihan yang relevanpun minim.

Diskusi internal lebih sering membahas target keanggotaan dari pada solusi untuk kemiskinan atau kesenjangan sosial. Ini gambaran umum sistem kaderisasi HMI saat ini: birokratis dan kurang efektif mencetak kader kritis dan inovatif. Reformasi komprehensif dibutuhkan.

Padahal peningkatan atau pengembangan dalam bidang intelektual itu lebih penting dari pada diskusi internal yang hanya ingin mengejar kuantitas belaka, hal ini sesuai dengan tujuan HMI yaitu: “Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam, dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Alloh SWT”.

Hal lain yang ditakutkan juga adalah dalam proses kaderisasi ada campur aduk politisasi yang mana dalam hal ini akan sangat mengotori visi mulia yang ada di HMI. Tentunya kita semua rindu terhadap HMI yang selalu ada digarda terdepan dalam menyuarakan suara suara rakyat, kita rindu kader-kader HMI yang menjadi kepercayaan Masyarakat dalam menyampaikan keluh kesahnya, karna yang diperlukan sekarang bukan hanya sebuah teori namun, juga bentuk implementasinya.

Maka dari itu sangat penting memupuk kader dari awal, agar kekuatan intelektualnya semakin berkembang sehingga basis massa yang ada dalam HMI akan menjadi penunjang dalam mencapai apa yang menjadi tujuan HMI, serta Gerakan yang dilakukan lebih pasti dan jelas.

Baca Juga :  Peran Media Digital dalam Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi

Seperti konsep yang pernah ditawarkan oleh Antonio Gramsci bahwa Intelektual berperan penting untuk menggugat jerat ideologis para kaum borjuasi. sebab dengan gerakan pendidikan yang berorientasi pada penyadaran yang bisa melakukan hegemoni secara pemikiran, ide, konsep dan gagasan.

Konsep ini memberikan kesadaran terhadap manusia bahwsa semua pengetahuan yang ada atau yang dimiliki harus diimplementasikan dilapangan karna sejatinya tujuan Pendidikan ialah memanusiakan manusia.

Kita semua tahu, HMI pernah menjadi kiblat intelektual, menghasilkan pemimpin-pemimpin bangsa yang visioner dan berdedikasi Namun, seiring berjalanya waktu, nyala intelektual itu tampak meredup.

Bukan berarti semangatnya hilang, tetapi perlu kembali kita kobarkan! Kita perlu menyulut kembali api perubahan, agar HMI kembali menjadi organisasi yang melahirkan pemimpin-pemimpin masa depan yang tangguh dan berwawasan luas.

Rumah hijau-hitam yang pernah menjadi benteng intelektual bangsa ini, kini berdiri di persimpangan jalan. Senja telah tiba, namun fajar baru masih mungkin terbit. Apakah bara intelektualitasnya akan padam ditelan zaman, ataukah akan kembali menyala, membakar semangat perubahan dan menerangi jalan menuju Indonesia yang lebih baik? Jawabannya terletak di tangan kader-kadernya, di tangan para pemikir muda yang berani menantang status quo dan merajut asa untuk masa depan. Mungkinkah HMI kembali menjadi pelopor perubahan, menjadi suara lantang kaum muda yang kritis dan inovatif? Hanya waktu yang akan menjawabnya.

***

*) Oleh : Rohani, mahasiswa aktif Institut Agama Islam Al-khairat, Pamekasan, Madura. 

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi teliti.id

*) teliti.id terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan nalar teliti.id.

Berita Terkait

Peran Media Digital dalam Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi
Skema Baru Era Digital Pada Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia
Paradigma Baru, Media Digital Mengubah Tatanan Ekonomi Global
Celah Tembok Besar Antara Individu dan Teknologi
Peran Medsos dalam Menunjang Ketahanan Ekonomi Nasional
Tantangan Pers Ditengah Pesatnya Media Sosial
Pemuda dan Spirit Indonesia Emas 2045
Penyakit FoMO Pemuda di Era Industri 5.0
Berita ini 22 kali dibaca

Berita Terkait

Kamis, 20 Februari 2025 - 03:26 WIB

Peran Media Digital dalam Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi

Kamis, 20 Februari 2025 - 03:13 WIB

Skema Baru Era Digital Pada Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia

Kamis, 20 Februari 2025 - 02:33 WIB

Paradigma Baru, Media Digital Mengubah Tatanan Ekonomi Global

Kamis, 20 Februari 2025 - 02:01 WIB

Celah Tembok Besar Antara Individu dan Teknologi

Kamis, 20 Februari 2025 - 01:53 WIB

Peran Medsos dalam Menunjang Ketahanan Ekonomi Nasional

Rabu, 19 Februari 2025 - 18:53 WIB

Pemuda dan Spirit Indonesia Emas 2045

Rabu, 19 Februari 2025 - 10:20 WIB

Penyakit FoMO Pemuda di Era Industri 5.0

Rabu, 19 Februari 2025 - 09:48 WIB

Target 30% Tidak Tercapai, Keterwakilan Perempuan Hanya 9% di Kabinet Merah Putih

Berita Terbaru

Dara Sri Ariesti Rasyid, Pengurus Korps Himpunan Mahasiswa Islam (Kohati) Badan Koordinasi (Badko) Jawa Timur.  (DARA FOR TELITI)

Global

Peran Media Digital dalam Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi

Kamis, 20 Feb 2025 - 03:26 WIB

Aisyiah Aiwani Baletti Kader HMI Cabang Kupang sekaligus mahasiswa pascasarjana Bimbingan dan Konseling Universitas Negeri Malang. (SASA FOR TELITI)

Global

Celah Tembok Besar Antara Individu dan Teknologi

Kamis, 20 Feb 2025 - 02:01 WIB

Mochammad Chafizd Baihaqi, S.Ag, kader HMI dan seorang pebelajar dari Tulungagung. (CHAFIDZ FOR TELITI)

Global

Peran Medsos dalam Menunjang Ketahanan Ekonomi Nasional

Kamis, 20 Feb 2025 - 01:53 WIB