TELITI, PAMEKASAN – Gempa bumi berkekuatan 6,4 magnitudo yang berpusat di Tuban, Jum’at (22/03) ternyata juga dirasakan warga Pamekasan. Warga yang sedang istirahat di dalam rumah, harus berbondong keluar, mengantisipasi hal yang tidak diinginkan.
Hal tersebut dirasakan betul oleh warga asal Bujur Timur Kecamatan Batu Marmar, Pamekasan Khoirunisah Nurul Aini. Menurutnya gempa itu sangat tampak dirasakan. Mulai dari gerak hingga bunyi barang dan atap rumah.
Menyadari hal tersebut, dirinya bersama kerabatnya yang lain berbondong-bondong keluar. Mengantisipasi kejadian yang tidak diinginkan. “Waktu saya dan saudara yang lain istirahat. Tapi sadar ada gempa, semuanya langsung keluar rumah,” terangnya kepada Teliti.id, Jum’at (22/03).
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Mulanya dirinya menganggap hal itu sebatas pusing kepala. Namun saat diamati bunyi barang hingga atap rumah. Disadari ternyata terjadi gempa. “Awalnya pusing. Tapi kok atap rumah bunyi. Ternyata sedang terjadi gempa,” urainya.
Kendati tidak ada korban dari gempa bumi ini, dirinya sangat khawatir akan ada gempa susulan dengan kekuatan yang lebih besar. Bahkan dirinya tak segan untuk tidur di mushollah (langgar) rumah untuk mengamankan diri. “Mungkin nanti malam tidur di langgar. Karena setelah gempa siang hari itu, ada gempa lagi di sore harinya,” ungkapnya.
Dengan begitu, dirinya merasa aman. Mengurangi kecemasan. Meski ada gempa susulan di malam harinya, lebih mudah mengevakuasi diri. “Kalau di tempat yang lebih terbuka, lebih mudah menghindar dari resiko. Sehingga saya dan saudara tidur di luar rumah,” ulasnya.
Lebih lanjut dirinya menjelaskan, tidur di mushollah itu ternyata sudah menjadi kebiasaan keluarganya saat cemas dan khawatir terjadi gempa susulan. “Kami tidur di langgar sudah menjadi kebiasaan saat terjadi gempa. Keluarga rata-rata takut untuk tidur di rumah. Khawatir gempa saat tidur,” pungkasnya.(dah/hen)