TELITI.PROBOLINGGO – KH. Moh. Zuhri Zaini menuturkan bahwa Pondok Pesantren Nurul Jadid sejak berdirinya di kelola secara organisatoris. Ia menceritakan kepemimpinan KH. Zaini Mun’im pendiri dan pengasuh pertama pesantren ini.
Sejak awal, pendiri (KH. Zaini Mun’im) mengurus pesantren ini secara organisatoris. Pada saat rapat-rapat yang di gelar pesantren, kiai Zaini ikut hadir menjadi peserta rapat hingga pukul 2 malam,” dawuhnya.
Hal itu disampaikan saat Kiai Zuhri memberikan sambutan di acara silaturrahim keluar besar Pondok Pesantren Sunan Bejagung, Tuban di Ponpes Nurul Jadid. kamis (27/06/24) di ruang rapat pesantren.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Pengasuh ke IV ponpes Nurul Jadid ini mengingat kepemimpian Kiai Zaini Mun’im dalam mengelola organisasi.
Bahkan, kiai Zaini membiarkan pengurus yang sedang berdiskusi, berdebat dalam membicarakan pesantren. Beliau baru meluruskan saat perdebatan pengurus itu semakin sengit. Jadi sejak awal pesantren ini dikelola secara demokratis,” imbuhnya.
Disamping itu, kiai Zuhri mengungkapkan prinsip dasar yang menjadi acuan dalam mengelola pesantren, yaitu; kesadaran beragama, kesadaran berilmu, kesadaran bermasyarakat, kesadaran berbangsa dan bernegara dan kesadaran berorganisasi.
Sementara kiai Matin menyampaikan, kedatangan saya dan keluarga di pesantren Nurul Jadid ini untuk mengenalkan dan men-sowan-kan anak dan cucu saya kepada Pondok Pesantren Nurul Jadid sebagai induk dari Pondok Sunan Bejagung, Tuban , Jawa Timur. Ungkapan itu disampaikan KH. Abdul Matin Djawahir saat bersilaturrahim di Ponpes Nurul Jadid, Paiton, Probolinggo.
“Kami ingin belajar pada ponpes Nurul Jadid bagaimana cara mengelola yayasan yang di pimpin oleh kiai. Meski yayasan itu organisasi tertinggi di pesantren namun keberadaan kiai di pesantren sangat vital yang bisa menentukan arah pesantren,” katanya.
Kiai Matin menceritakan terkait berdirinya pesantren Sunan Bejagung yang dipimpinnya.
“Pondok kami berdiri pada tahun 1998 dan Alhamdulillah mengalami peningkatan jumlah santri. Tahun ini yang lulus 300 orang tapi yang masuk mendaftar sebagari santri baru untuk tahun ini berjumlah 500 orang,” tambahnya.
Sebagai alumni Pondok Pesantren Nurul Jadid, kiai Matin bersyukur tengah mendapatkan anugera karena bisa men-sowan-kan anak dan cucunya kepada keluar besar Pondok Pesantren Nurul Jadid.
Sedangkan kepala pesantren KH. Abdul Hamid Wahid mengungkapkan tujuan kunjungan dari keluarga besar Pesantren Sunan Bejagung.
“Titik fokus kunjungan ini berkait struktur kepemimpinan PPNJ, Qanun asasi, tata kelola dan peraturan,” pungkasnya.
Senada dengan kiai Zuhri, Rektor Universitas Nurul Jadid ini menerangkan bahwa pelaksanaan organisatoris di Pondok Pesantren Nurul Jadid sifatnya non formal (kultural-struktural).
“Ramuan atau racikan dari kultural dan struktural di pesantren di bentuk dalam struktur organisasi yang berlaku di pesantren ini,” paparnya.