TELITI, SURABAYA -Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI) resmi melantik 180 pengurus baru, Badan Koordinasi (Badko) HMI Jawa Timur, di Aula Taman Candra Wilwatikta, Pandaan, Pasuruan, Rabu (14/08) malam. Pada kesempatan itu juga, Ketua Umum Terpilih M Yusfan Firdaus menyentil soal tambang hingga rokok ilegal.
Turut hadir pada acara itu, tokoh sekaligus senior HMI nasional Anas Urbaningrum, mantan Wakil Gubernur Jatim Emil Elestianto Dardak, Majlis Wilayah Korps Alumni HMI (MW KAHMI) Jatim, Ketua Umum PB HMI Bagas Kurniawan, Sekjen PB HMI Mohammad Jusrianto, Kelompok Cipayung Plus, Kabulog Jatim Awaluddin Iqbal dan Biro Kesra Pemprov Jatim Imam Hidayat.
Ketua Umum terpilih, M. Yusfan Firdaus dalam sambutannya menyebutkan, Badko HMI Jatim siap mengawal berbagai persoalan di Jawa Timur saat ini. Terutama masalah tambang ilegal dan peredaran rokok ilegal yang saat ini sangat membenani Jatim.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
“Kami akan mengawal berbagai persoalan yang ada di Jatim. Selain itu, kami akan membangun Koperasi HMI, yang sudah dicita-citakan sejak dulu. HMI dan KAHMI satu visi untuk hal itu,” katanya.
Selain itu, Mantan Wakil Gubernur Jatim, Emil Dardak dalam sambutannya menegaskan, kehadiran HMI sangat dibutuhkan oleh bangsa. Politisi sekaligus intelektual muda ini menyampaikan, pemahaman menjaga keseimbangan antara keislaman dan kebangsaan yang diinternalisasi kader HMI melalui training-training. Hal tersebut akan melahirkan integritas yang bertujuan menjaga keutuhan bangsa.
“Seperti kader HMI yang mengikuti training LK I dan meyakini bahwa Indonesa adalah negara yang pancasila. Umat Islam tentunya bisa menjaga integrity pengamalan sebagai umat beragama. Maka itu adalah nation survival. Dan HMI ada untuk nation survival,” jelasnya.
Tidak hanya pelantikan, acara sakral itu dipungkasi dengan tausiah kepemimpinan oleh Anas Urbaningrum. Dirinya menitipkan kepada fungsionaris Badko HMI Jatim agar mengembalikan semangat kritis kader, hingga pergeseran paradigma dunia politik yang mengerdilkan peran aktivis. Sehingga berakibat pada popularitas aktivis yang kalah pada artis pejabat.
“Kader HMI harus menjaga pergeseran paradigma ini agar tidak terlalu jauh. Maka didiklah rakyat kita dengan sadar, kesadaran eksistensialnya sebagai rakyat sebagai subjek, dan didiklah pelaksana negara dengan sikap kritis,” pesannya. (jml/dah)