Bondowoso merupakan daerah dengan berbagai potensi. Diantaranya, sumber daya alam yang melimpah. Penghasil kopi dengan perkebunan yang cukup luas. Wilayah agraris dengan populasi masyarakat mayoritas petani. Bahkan candaannya, meski tidak memiliki lautan, Bondowoso menjadi penentu harga ikan.
Namun sayang, hal tersebut tidak berbuah maksimal. Justru malah melahirkan babyak persoalan. HMI Cabang Bondowoso-Situbondo memandang, persoalan yang terjadi hari ini sangat komplek sekali. Stidaknya ada dua yang menjadi kajian strategis HMI Cabang Bondowoso-situbondo. Pertama ialah soal pembangunan sumber daya manusia di Bondowoso.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Indek Pembangunan Manusia (IPM) di Bondowoso masih tergolong rendah. Tahun 2022, IPM bondowoso diangka 67,31 persen. Angka itu menempatkan posisi Bondowoso diurutan ke lima Se-tapal kuda.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Sedangkan pada tahun 2023, IPM Bondowoso mengalami peningkatan. Meski tidak signifikan. Lemahnya kenaikan itu tidak bisa dipisahkan dari tiga dimensi dasar. Diantaranya umur panjang dan sehat, Pengetahuan dan kelayakan hidup.
Umur panjang dan Harapan Hidup Masyarakat Bondowoso Tahun 2023.
Pada persoalan umur panjang dan harapan hidup masyarakat Bondowoso, menempati posisi paling rendah di wilayah jawa timur. Hal tersebut banyak faktor yang mempengaruhinya. Salah satunya ialah angka stunting yang masih tinggi. Bahkan masih jauh dari prevalensi Jawa Timur. Yakni 16 persen di tahun 2023.
Dimensi kedua Rata-rata lama sekolah di bondowoso diangka 6-7 tahun. Artinya rata-rata jenjang pendidikannya lulusan SD. Atas kondisi itu, Masyarakat Bondowoso mengalami kesulitan dalam beradaptasi. Terutama pada aspek perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dimensi ke tiga yakni tingginya angka kemiskinan di Bondowosoi. Sesuai data BPS, persentase penduduk miskin di Bondowoso sebesar 13.34 persen pada bulan maret 2023. Angka tersebut menempatkan posisi bondowoso di bawah Situbondo dan Jember.
Diakui atau tidak. Cara pandang masyarakat yang pasrah pada keadaan, menjadi faktor sulit untuk keluar dari garis kemiskinan. Untuk itu. Penting bagi pemerintah daerah memberi akses pendidikan yang mudah. Terutama jaminan dan pembiayaan. Sehingga pendidikan yang didapat semakin berkualitas.
Persoalan selanjutnya yakni realisasi program pemerintah yang tidak memiliki dampak positif. Baik terhadap pembangunan daerah maupun dampak kepada masyarakat. Salah satu contohnya adalah Wisata Kuliner Ki Ronggo, sampai saat ini tidak jelas arah tujuannya.
Oleh karena itu, selain model direktif, HMI ingin menawarkan model kebijakan yang dilalui dengan pendekatan partisipatif dan konsultatif. Dua model kebijakan tersebut sangat penting dilakukan guna menjawab efektifitas penetapan kebijakan untuk pembangunan Bondowoso.
Sehingga kebijakan pemerintah yang dihasilkan menjadi komprehensif. Sebab bersumber dari beberapa sudut pandang dan latar belakang. Hasil kebijakan yang didapat dengan model itu mudah diterima dengan baik oleh masyarakat.
Selain itu, transisi kepemimpinan di Bondowoso tahun 2024 membutuhkan pemimpin ideal. HmI cabang Bondowoso-situbondo menawarkan kriteria khusus tentang kriteria pemimpin tersebut.
Pertama, pemimpin yang problem solver. Artinya pemimpin yang mengerti persoalan yang terjadi di Bondowoso serta tau cara menyelesaikannya. Termasuk menyelesaikan sebagian persoalan kecil di atas.
Kedua, ialah pemimpin yang solidarity maker. Bondowoso butuh pemimpin yang dapat mempersatukan semua elemen. Sukses tidaknya pembangunan tergantung kerjasama yang baik dengan semua perangkat sumber daya di Bondowoso. Sehingga kejadian pada periode sebelumnya dimana pimpinan eksekutif dan dan legislatif yang berujung saling melaporkan tidak terjadi kembali.
Ketiga, Pemimpin yang visioner. Pemimpin yang mampu melihat masa depan bondowoso. Yakni membaca kelebihan daerah yang bisa di tumbuh kembangkan. Dalam hal ini, HmI Cabang Bondowoso-Situbondo melihat tiga potensi besar di bondowoso. Diantaranya pertanian, perternakan dan pariwisata.
Sebab Bondowoso adalah wilayah agraris dengan populasi masyarakat mayoritas petani. Selain itu peternak. Singkatnya, jika potensi itu dimenejerial dengan baik dari hulu ke hilir maka akan membawa kontribusi besar terhadap pembangunan daerah.
HmI Cabang Bondowoso-situbondo, menaruh harapan besar. Bahwa pilkada tidak hanya tentang kekuasaan, kontestasi, atau sekedar formalitas lima tahunan. Lebih daripada itu, pemimpin Bumi Ki Ronggo ini berbekal ide dan gagasan. Tidak melulu soal uang. Sehingga ide yang dibawa, turut menjadi diskursus dikalangan masyarakat akademis.
HMI memiliki tawaran kepada siapapun calon pemimpin Bondowoso selanjutnya. Yakni menjadikan Kampus sebagai kawah candradimuka dalam menggodok ide dan gagasan pemimpin Bondowoso selanjutnya. Pertanyaannya, beranikah calon pemimpin Bondowoso selanjutnya menyambut tawaran kami.?
***
*) Oleh: Moh Ikrom Suharyadi, Mahasiswa Pasca Sarjana di IAI At-Taqwa sekaligus Ketua Umum HMI Cabang Bondowoso-Situbondo periode 2024-2025.
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi teliti.id.
Editor: Dahlan