Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di Kabupaten Bondowoso telah memasuki tahap krusial. Tahapan demi tehapan sudah diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU). Artinya Pilkada hanya tinggal menghitung bulan.
Seiring dengan kondisi di atas, kandidat bakal calon berlomba-lomba meraih dukungan dari masyarakat untuk merebut kursi Pendopo Bupati Bondowoso.
Isu demi isu susul menyusul hingga masuk ke gubuk-gubuk rakyat. Benner berpeci rapi semakin tampak di pinggiran jalan.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Tapi tetap saja. Wajah kontestasi politiknya tidak ada beda dengan yang sebelumnya. Artinya tidak satupun dari nama-nama yang masuk bursa, termasuk figur-figur di benner memiliki ciri khas berbeda.
Gampangnya ciri khas itu adalah kekuatan ide, gagasan, keterampilan hingga karakter yang secara kompleksitas menyatu dalam satu diri seorang pemimpin. Penulis bukan bermaksud cari yang sempurna. Tetapi, calon pemimpin minimal mengetahui persoalan di akar rumput.
Singkatnya, saat dia memimpin tidak kaku, menghadapi persoalan yang ada di kota tape. Ya.! Bahasa akademiknya adalah pemimpin yang memiliki kemampuan problem solver. Artinya pemecah masalah. Bukan pembuat masalah.
Ditengah hiruk pikuk suasana politik ini, penulis mencoba mencatat hasil diskusi rekan-rekan Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Bondowoso-Situbondo yang berharap pemimpin ideal. Sehingga saat gelaran kontestasi, mampu melahirkan ide dan gagasan yg cukup subtansial.
Namun, hasil pemantauan organisasi berlambang hijau hitam ini, pasangan calon belum ada yg berani menampakan keseriusannya untuk berkontestasi pada gelaran Pilkada mendatang.
Oleh karena itu, HMI Cabang Bondowoso-Situbondo siap mengundang pasangan calon untuk diskusi dan berdialektika dengan para calon pemimpin kota tape ini. Sederhananya, uji kelayakan ya. Ya, semi sidang skripsi lah.
Minimal, para kandidat bakal calon ini bisa disuguhi kopi agak pahit dan data-data problem yang selama perubahan kepemimpinan hingga saat ini tak kunjung usai. Artinya tidak ada yang berhasil menyelesaikan.
Tentu tidak ada tujuan lain dari opini ini, selain demi Bondowoso. Hal ini dianggap penting adanya dialektika dan diskusi bersama pemuda. Mengingat pada pilkada saat ini, pemilih muda sangat mendominasi. Baik kalangan millenial hingga gen z.
Kalaupun masih perlu fasilitator acara, HMI Cabang Bondowoso-Situbondo akan menjadi barisan pertama untuk melaksanakan. Sehingga para pemuda Bondowoso memiliki gambaran, siapa sosok pemimpin yang ideal dan bisa menakhodai Bondowoso ke depan.
Itung itung dengan diskusi publik ini, bisa menjadi tempat pencitraan gratis lah. Tapi, siapkan juga gagasannya. Dengan begitu, semua ide dan gagasan akan menjadi yang paling utama.
Selain itu, Pilkada Bondowoso akan lebih dikenal berkualitas dan berintegritas. Para pemilihnya cerdas. Hal ini akan menjadi pendidikan politik bagi masyarakat Bondowoso. Minimal pilihan masyarakat Bondowoso tidak akan goyah hanya dengan uang 50 ribu-an saja.
Penulis berharap pendapat ini tersampaikan kepada para kandidat bakal calon Bupati-Wakil Bupati Bondowoso. Sehingga bisa menjadi atensi untuk menjadi calon pemimpin yang tidak hanya siap dengan uangnya, tetapi juga dengan gagasannya.
***
*) Oleh : Imam Jakfari, Sekretaris Umum Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Bondowoso-Sitibondo periode 204-2025.
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi teliti.id
*) teliti.id terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan nalar teliti.id Indonesia.