Pancasila menghadapi tantangan implementasi dari komunalisme, konflik internal dalam Islam, dan liberalisme Barat. Komunalisme mengutamakan kelompok sendiri, Islam terpecah dalam praktiknya, dan liberalisme melemahkan budaya serta agama. Ketidaksesuaian ini menghambat internalisasi Pancasila sebagai pedoman keberagaman Indonesia
Pancasila
Pancasila adalah simbol persatuan dan pedoman hidup bagi bangsa Indonesia. Sementara itu, era digital adalah zaman di mana semua hal bisa dilakukan secara digital dengan bantuan teknologi canggih dan internet yang bisa diakses kapan saja dan di mana saja.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Kita ketahui bersama bahwa Pancasila adalah dasar negara dan filsafat dasar yang menjadi landasan ideologi Indonesia. Kata “Pancasila” sendiri berasal dari bahasa Sansekerta, di mana “panca” berarti lima, dan “sila” berarti prinsip atau dasar. Pancasila terdiri dari lima prinsip dasar yang menjadi panduan bagi negara dan masyarakat Indonesia:
Ketuhanan Yang Maha Esa : Sila ini mengakui bahwa Indonesia Keberadaan Tuhan Yang Maha Esa. Tidak berpihak pada agama tertentu tetapi menghormati keberadaan kepercayaan di seluruh Indonesia.
Kemanusiaan yang Adil dan Beradap : Sila ini berupaya untuk menanamkan nilai bahwa sebagai makhluk yang berkeyakinan harus saling menghormati, melindungi, dan bersikap adil dengan sesama.
Persatuan Indonesia : Sila ini menekankan bahwa rakyat Indonesia tidak boleh terpecah belah oleh perbedaan yang dimiliki. Justru perbedaan harus menjadi kekuatan bersama untuk mewujudkan cita-cita persatuan
Kerakyatan yg dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan : Sila ini menekankan bahwa dalam menentukan keputusan, kebijakan, atau dalam rangka mencapai cita-cita bangsa Indonesia, tidak dengan menggunakan cara-cara yang otoriter, tapi dengan bermusyawarah untuk mufakat bersama
Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia : Sila ini mengandung sifat egaliter, memberikan hak yang sama pada semua rakyat adalah bentuk keadilan. Tidak mengkotak-kotakkan antara yang kaya dan yang miskin, yang pintar dengan yang bodoh dan lain sebagainya.
Kendati pancasila merupakan dasar negara, dan sebagai ideologi bagi rakyat Indonesia agaknya tidak begitu mampu terserap oleh rakyat pada era digital ini, di era kemajuan teknologi.
Di era digital, penyebaran nilai-nilai Pancasila dan partisipasi demokrasi bisa lebih cepat. Namun, ada banyak tantangan yang perlu diperhatikan agar nilai-nilai Pancasila tetap relevan dan bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa masalah yang mungkin muncul di era globalisasi ini adalah penyebaran berita bohong (hoaks) dan informasi yang salah, yang bertentangan dengan prinsip-prinsip Pancasila. Selain itu, rasa kebersamaan dan gotong royong bisa berkurang, etika dan moral di dunia maya mungkin terabaikan, rasa kebangsaan bisa melemah, kebebasan berpendapat yang berlebihan, serta penyalahgunaan teknologi untuk kepentingan pribadi.
NDP HMI
Pada dasarnya Nilai Dasar Perjuangan HMI (NDP) dirujuk dari Al-quran dan Hadits yang tidak lain merupakan rujukan tertinggi dalam agama Islam. Hal inilah Yang seharusnya mendasari setiap kader dalam membaca NDP sebagai rujukan pengetahuannya. Meskipun, NDP juga merupakan tafsiran yang di pelopori oleh Nurcholis Madjid, bukan berarti hal itu jauh dari landasan tertinggi islam sebagaimana dimaksudkan sebelumnya. Juga bukan sebuah kultus tersendiri jika dipahami bahwa NDP sangat sakral sehingga menjadikan mindset tiap individu yang mau mempelajarinya, terhadap NDP, sangatlah berat.
Islam sebagai Rahmatan Lil Alamin: HMI mengakui Islam sebagai panduan utama dalam menjalani kehidupan, dan mereka berkomitmen untuk menjalankan ajaran Islam dengan penuh rahmat, keadilan, dan perdamaian bagi seluruh manusia.
Keadilan Sosial: HMI berjuang untuk menciptakan keadilan sosial di masyarakat, termasuk penghapusan kemiskinan, kesenjangan, dan penindasan.
Perjuangan Melalui Metode Damai: HMI menekankan metode perjuangan yang damai dan berlandaskan hukum dalam mencapai tujuannya.
Kemandirian dan Kebangkitan: HMI berusaha untuk meningkatkan kesadaran dan kebangkitan intelektual, moral, dan spiritual mahasiswa serta masyarakat.
Demokrasi dan Kepedulian Terhadap Kebebasan: HMI memperjuangkan demokrasi, hak asasi manusia, dan kebebasan berpendapat.
Nilai-nilai ini mencerminkan tekad HMI untuk menjadi agen perubahan yang positif dalam masyarakat dan kontributor dalam pembangunan bangsa Indonesia.
Nilai-nilai Dasar: Baik Pancasila maupun NDP HMI memiliki nilai-nilai dasar yang mencerminkan prinsip-prinsip moral, etika, dan ideologi. Pancasila mencakup nilai-nilai seperti kemanusiaan, persatuan, dan keadilan sosial, sementara NDP HMI menggambarkan nilai-nilai yang lebih spesifik sesuai dengan tujuan dan identitas HMI.
Kepatuhan terhadap Hukum: Pancasila menggarisbawahi pentingnya hukum dan peraturan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Demikian pula, NDP HMI menekankan pentingnya organisasi HMI dan anggotanya untuk patuh terhadap prinsip-prinsip dan peraturan yang telah ditetapkan.
Kepedulian Sosial dan Keadilan: Sama seperti Pancasila mendorong keadilan sosial, NDP HMI juga menekankan pada komitmen HMI terhadap masalah sosial dan perjuangan untuk keadilan dalam konteks mahasiswa dan masyarakat.
Meskipun Pancasila adalah ideologi negara Indonesia dan NDP HMI adalah panduan organisasi mahasiswa, keduanya dapat berbagi kesamaan nilai dan prinsip dasar yang mencerminkan komitmen terhadap keadilan, persatuan, dan kemanusiaan. Selain itu juga, HMI sebagai organisasi mahasiswa mungkin berusaha untuk berperan dalam pembangunan bangsa sesuai dengan nilai-nilai Pancasila yang menjadi dasar negara Indonesia.
Dengan demikian menjadi kader HMI akan di tempa untuk selalu menanamkan panduan organisasi, NDP sebagai landasan berfikir. Dan diwaktu yang bersamaan pancasila sebagai payung besar Ideologi rakyat Indonesia akan selalu berjalan beriringan, bukan sama sekali beda.
***
*) Oleh : Mochammad Chafizd Baihaqi, S.Ag, kader HMI dan seorang pebelajar dari Tulungagung
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi teliti.id
*) teliti.id terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan nalar teliti.id.